Senin, 23 November 2015

Dendeng, Masakan Khas Minangkabau



Dendeng

Masakan Khas Minangkabau 


Dendeng merupakan salah satu makanan khas Minangkabau. Dendeng biasanya berasal dari daging sapi. Dalam pengolahannya daging sapi tersebut diiris tipis, kemudian digoreng. Namun ada juga cara pengolahan lain yang dilakukan dalam pembuatan dendeng ini, seperti dagingnya direbus terlebih dahulu atau dagingnya dijemur (untuk dikeringkan) terlebih dahulu. Ketika merebus daging, biasanya digunakan air kelapa atau air biasa. Perebusan dengan daging air kelapa bertujuan agar daging yang direbus memiliki tekstur yang lembut dan empuk. Adapun daging sapi yang direbus terlebih dahulu biasanya digunakan untuk membuat dendeng lambok. Dendeng lambok adalah jenis dendeng yang disajikan dengan keadaan daging agak basah dan tidak terlalu kering. Sedangkan daging sapi yang dijemur (untuk dikeringkan) terlebih dahulu, biasanya digunakan untuk membuat dendeng (biasanya disebut dendeng saja atau dendeng kariang). Proses penjemuran atau pengeringan daging dendeng ini merupakan salah satu metode pengawetan yang dapat dilakukan secara alami. Dendeng yang telah dikeringkan ini dapat bertahan lama, karena proses pengeringan pada daging dapat memperlambat pertumbuhan bakteri. Rasa dari dendeng kariang(kering)  ini agak garing, renyah, dan tentunya nikmat sekali. Dalam penyajiannya dendeng biasa disajikan dengan cabai, disebut juga dendeng balado. Dendeng balado juga merupakan suatu istilah di Minangkabau yang sering digunakan untuk menggambarkan seseorang dengan kulit gelap yang menggunakan pakaian berwarna cerah mencolok seperti warna merah.




Ada juga jenis lain dari dendeng ini yang banyak ditemukan di Minangkabau, yaitu dendeng batokok. Dendeng batokok ini merupakan dendeng yang diolah dengan cara ditokok-tokok (dipukul-pukul) dengan batu lado (batu cobek). Proses ditokok-tokok atau dipukul-pukul ini bertujuan agar serat dagingnya pecah dan menjadi lebih tipis serta lebar. Selain itu dengan proses ditokok-tokok atau dipukul-pukul ini bumbu pun ikut meresap ke dalam serat-serat daging. Proses me-nokok-nokok (memukul-mukul) daging dendeng ini ada yang dilakukan sebelum digoreng dan ada juga yang dilakukan setelah digoreng, sesuai dengan kesenangan pembuatnya. Banyaknya variasi dendeng dan cara pengolahannya terjadi karena memang tidak ada ketentuan baku yang mengatur tentang cara pembuatan dendeng, dan juga dengan berkembangnya zaman maka berkembang juga kreativitas masyarakat Minangkabau, sehingga banyak jenis dan cara pengolahan dendeng yang dilakukan.
Selain berasal dari daging sapi, ada pula dendeng yang berasal dari paru sapi. Dendeng yang berasal dari paru sapi ini biasa disebut dendeng rabu. Dendeng rabu biasanya disajikan dalam keadaan garing, renyah, dan tanpa cabai. Rasa garing dari dendeng rabu membuat teksturnya terasa mirip dengan kerupuk, namun dari segi ketebalan agak jauh berbeda dengan kerupuk pada umumnya. Dendeng rabu umumnya lebih tebal daripada kerupuk. Dalam penyajiannya, ada juga orang yang menjadikan dendeng rabu sebagai topping suatu hidangan, seperti soto. Semakin berkembangnya suatu peradaban maka semakin berkembang pula lah pemikiran dari manusia-manusianya. Semakin berkembangnya pemikiran maka semakin banyak pula ide-ide yang lahir dari hasil pemikiran tersebut. Semakin banyak ide-ide yang lahir maka semakin banyak pula kreasi dari berbagai cabang kehidupan manusia, salah satunya yaitu dalam hal makanan. Selain dendeng lambok, dendeng batokok, dendeng kariang, dan dendeng balado juga ada jenis dendeng lain seperti dendeng asap, dendeng berkuah, dan dendeng baracik. Di Minangkabau apapun jenis dendengnya pada umumnya disantap bersama nasi. Selain itu, sekarang dendeng tidak hanya berasal dari daging sapi saja, namun juga dapat berasal dari daging kambing, kalkun, burung onta, dan tuna. 
  
(Arifatulhuda Rifka,2015)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar